Foto ini didistribusikan oleh kantor UPI (United Press International). Dianugerahi hadiah Pulitzer pada tahun 1980 tanpa diketahui identitasnya. Penembakan ini terjadi pada tanggal 27 Agustus 1979. Penembakan terhadap suku Kurdi oleh tentara dari rezim Iran yang dipimpin oleh Ayatollah Khomeini, pada awal Revolusi Iran yang menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlevi.
Foto ini didistribusikan oleh kantor UPI (United Press International). Dianugerahi hadiah Pulitzer pada tahun 1980 tanpa diketahui identitasnya. Penembakan ini terjadi pada tanggal 27 Agustus 1979. Penembakan dilakukan tentara Iran dari Rezim Khomeini terhadap suku Kurdi pada awal Revolusi Iran yang menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlevi.

KISAH-kisah kelam penegakan HAM di Iran telah menjadi sorotan banyak pihak. Kasus-kasus pelanggaran HAM berupa pembunuhan, penyiksaan, dan pembatasan hak-hak keagamaan dan politik telah menjadi kritikan para aktivis kemanusiaan.
Dalam literatur HAM di Iran, kasus-kasus pelanggaran HAM terhadap warga Iran sudah berlangsung tak lama setelah Khomeini berkuasa pada tahun 1979. Banyak para ulama harus menerima kenyataan dipenjara akibat kritikan terhadap Khomeini. Tidak sedikit di antara mereka justru adalah teman seperjuangan Khomeini saat revolusi menjatuhkan Syah Pahlevi.

Baca artikel  selengkapnya di SYIAH INDONESIA tafhadol
Syekh Ahmad Mufti Zadeh adalah tokoh Kurdi Iran yang turut berjuang bersama Khomeini dalam Revolusi Iran. Perjuangannya bersama-sama Khomeini membuat Iran akhirnya lepas dari Rezim Pahlevi. Saat itu, kelompok Kurdi berpartisipasi aktif dalam demonstrasi besar-besaran melawan rezim Shah pada tahun 1979. Terutama di wilayah-wilayah mereka di Kermanshah, Sanandaj, Mahabad, dan Arumiya.
Bangsa Kurdi bersuka cita ketika Shah Iran jatuh pada Februari 1979 dan mereka bersinergi dengan penduduk dan warga Iran lainnya dalam memperjuangkan kebenaran dan menghapuskan kezhaliman.
Mereka berharap mendapatkan hak menjalankan pemerintahan sendiri atau pemerintahan istimewa dari era baru Iran.
Pada 28 Maret 1979, delegasi Kurdi yang dipimpin Dr Abdurrahman Gasemblou pergi ke Qum untuk menyampaikan permintaan mereka kepada Khomeini. Akan tetapi delegasi tersebut dikejutkan dengan penolakan Khomeini atas pengakuan hak pemerintahan istimewa bangsa Kurdi.
Patut dicatat, permintaan bangsa Kurdi bukanlah untuk melepaskan diri dari Iran, tapi hanyalah pemerintahan istimewa di bawah naungan pemerintah Iran. Sebuah tuntutan yang sangat sederhana. [Lihat: Samih Said Abud,Minoritas Etnis dan Agama di Iran, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2014]
Namun, perjuangan tinggallah perjuangan. Secara sepihak, Khomeini menerapkan sistem politik sektarian yang dinamakan Wilayatul Faqih. Di sinilah Syekh Zadeh menolak. Ia tidak bisa menerima arus revolusi ini harus diakhiri dengan gaya kepemimpinan diktator baru yang menutup keran politik warga Iran yang beragam.
Dalam wawancaranya dengan Nida’ul Magazine pada tahun 1998, Syeikh Abdur Rahmaan al-Baluchy mengaku menjadi saksi kekecewaan Syekh Zadeh kepada Khomeini.
Baluchy menerangkan, menjelang akhir hidupnya, Syeikh Zadeh sempat mendatangi Khomeini untuk menyampaikan kekecewaanya.
“Khomeini, kau berjanji padaku (akan berdirinya) sebuah republik Islam, namun engkau justru mendirikan Republik Safawi-Syiah. Meskipun dalam kepercayaanku, aku tidak diizinkan mengangkat senjata kepadamu, tapi aku akan memerangimu secara politik,” kata Syekh Abdur Rahmaan al-Baluchy menirukan ancaman Syekh Zadeh kepada pemimpin Iran itu.
Apa yang terjadi setelah itu? Syekh Zadeh akhirnya dipenjara bertahun-tahun oleh rezim Iran. Kontribusi tokoh Kurdi dalam revolusi itu sama sekali tidak menjadi pertimbangan rezim Iran. Apapun alasannya, Syekh Zadeh bersalah karena melawan ketetapan Khomeini.
Akibat kebijakan politik ini, Syekh Zadeh harus mendekam di penjara selama bertahun-tahun. Selama bertahun-tahun itu jua Syekh Mufti Zadeh harus mendapati penyiksaan yang mengerikan. Ulama Kurdi asal Iran itu akhirnya meninggal dunia pada tahun 1993 setelah menghabiskan waktunya di penjara.
“Dia hanya dilepaskan ketika pemerintah merasa bahwa ia berada di ambang kematian,” kata Syekh Abdur Rahmaan al-Baluchy. [Lihat: Muhammad Pizaro, Zionis dan Syiah Bersatu Hantam Islam, Aqwam: Solo, 2014]
Menyadari potensi politik yang bisa mengacaukan kebijakan politik Khomeini, rezim Iran pun menghabisi gerakan Syekh Zadeh hingga ke akar-akarnya. Mereka melancarkan tekanan dan tanpa ragu menebar ancaman untuk menghabisi nyawa para santri.
“Kami berharap bahwa kalian akan mengangkat senjata melawan kami, sehingga kami bisa memiliki alasan untuk mencabut nyawa kalian, seperti yang kami lakukan terhadap pihak lain,” kata aparat rezim Khomeini.
Rezim Khomeini juga menganiaya dan memenjarakan setiap orang yang berani melawan keputusannya. Jika mereka diketahui terlibat menentang politik Khomeini, mereka harus siap dipenjara dan dianiaya. Narasi yang dibangun Khomeini adalah: mereka melawan Islam, kafir, dan harus diperangi.
Khomeini juga berupaya keras untuk melemahkan pengaruh dan dan kekuatan sayap Kurdi setelah mereka tidak bisa diajak “damai”. Etnis Kurdi kemudian ditumpas hingga ke akar-akarnya. Pertempuran sengit antara tentara Iran dan bangsa Kurdi pun meletus di Kota Naqdah yang dihuni bangsa Kurdi dan Azerbaijan. Tentara Iran semakin menggila menghabisi mereka setelah Khomeini membangun narasi “jihad melawan kaum kafir” di Kurdistan.
Penindasan rezim Iran terhadap tokoh-tokoh yang berbeda “pemahaman politik” terus berlanjut. Salah satunya Syekh Abdel Wahab Khafi dari Khurasan yang dihukum mati karena dinggap “menentang” Khomeini.
Sementara itu, Syekh Mawlawi Muhyiddeen dan Syekh Mohammed Dost Sirawani adalah dua ulama yang dipenjara dan diasingkan rezim Iran ke Najaf. Begitu pula dengan Syekh Ibrahim Dammini yang terus dipenjara dan mendapati penyiksaan selama lebih dari lima tahun.
Hal sama juga berlaku bagi tokoh-tokoh Syiah yang telah melepas keyakinannya seperti terjadi pada Ayatollah Allameh Abu AlFazl Barqaie. Ia adalah seorang pemimpim Syiah sebelum revolusi. Rezim Iran berupaya berkali-kali membunuh dirinya. Hingga akhirnya Abu AlFazl Barqaie tertangkap dan meninggal pada tahun 1992. /Bersambung
[rn/Islampos]
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

1 comments:

  1. Assalamualaikum wrb salam persaudaraan,perkenalkan saya Sri Wulandari asal jambi,maaf sebelumnya saya hanya mau berbagi pengalaman kepada saudara(i) yang sedang dalam masalah apapun,sebelumnya saya mau bercerita sedikit tentang masalah saya,dulu saya hanya penjual campuran yang bermodalkan hutang di Bank BRI,saya seorang janda dua anak penghasilan hanya bisa dipakai untuk makan anak saya putus sekolah dikarenakan tidk ada biaya,saya sempat stres dan putus asa menjalani hidup tapi tiap kali saya lihat anak saya,saya selalu semangat.saya tidak lupa berdoa dan minta petunjuk kepada yang maha kuasa,tampa sengaja saya buka internet dan tidak sengaja saya mendapat nomor tlpon Aki Sulaiman,awalnya saya Cuma iseng2 menghubungi Aki saya dikasi solusi tapi awalnya saya sangat ragu tapi saya coba jalani apa yang beliau katakan dengan bermodalkan bismillah saya ikut saran Aki Sulaiman saya di ritualkan dana gaib selama 3 malam ritual,setelah rituialnya selesai,subahanallah dana sebesar 2M ada di dalam rekening saya.alhamdulillah sekarang saya bersyukur hutang di Bank lunas dan saya punya toko elektronik yang bisa dibilang besar dan anak saya juga lanjut sekolah,sumpah demi Allah ini nyata tampa karangan apapun,bagi teman2 yang mau berhubungan dengan Aki Sulaiman silahkan hub 085216479327 insya Allah beliau akan berikan solusi apapun masalah anda mudah2han pengalaman saya bisa menginspirasi kalian semua,Assalamualaikum wrb.JIKA BERMINAT SILAHKAN HUB AKI SULAIMAN 085-216-479-327,TAMPA TUMBAL,TIDAK ADA RESIKO APAPUN(AMAN) .

    BalasHapus