syiah-hasan-bashar-300x206
BAHKAN lima tahun yang lalu, orang tak pernah berpikir bahwa para penguasa Arab yang kaya dan gemuk di Timur Tengah tak akan pernah bisa dihentikan. Namun, merujuk pada perkembangan terakhir di kawasan itu saat ini, sebagian besar analisis mulai berani menyebutkan efek domino. Bagaimana efeknya terhadap gerakan Islam?
Pergolakan dan revolusi di Tunisia, Mesir, dan Libya, mau tidak mau memiliki dampak besar pada seluruh wilayah karena itu menunjukkan kepada rakyat Arab bahwa sangat mungkin sekarang ini menggulingkan rezim otoriter. Juga karena, konflik-konflik di Timur Tengah mempunyai kemiripan satu sama lainnya.
Namun di sisi lain, beberapa negara memiliki faktor yang sangat spesifik dan kita tidak dapat membuat perbandingan misalnya, antara Mesir dan Tunisia. Tunisia dan Mesir adalah masyarakat yang relatif homogen, sehingga di kedua Negara itu, sebagian besar orang berusaha bekerja sama melawan rezim otoriter. Namun, di negara lain, seperti Yaman, Yordania atau Suriah, rezim-rezim otoriter berusaha untuk memecah oposisi, atau setidaknya memiliki rasa takut satu sama lain.
Dalam sejarahnya, setiap gerakan Islam selalu mengkritik rezim otoriter, seperti di Tunisia dan Mesir. Mereka selalu memanggil rezim sebagai penguasa korup, tidak demokratis dan menindas kebebasan. Di Mesir, Ikhwan mengemukakan argumen kuat bahwa Mubarak adalah aliansi dekat dengan Amerika Serikat, serta mempunyai Perjanjian Damai dengan Israel. Kemenangan Ikhwan di Mesir bukan sebuah preseden, tapi bentuk dukungan rakyat Mesir itu sendiri. Di Palestina, ada Hamas yang telah terbukti memenangkan pemilu 2006.
Hamas dan Ikhwan bisa dikatakan telah mengubah peta politik Israel. Israel telah kehilangan dukungan dari Mesir, jadi mereka tidak bisa lagi bersembunyi di balik ancaman gerakan Islam dan berharap untuk mendapatkan dukungan dari rezim otoriter seperti dari Mesir, Yordania dan Tunisia—tiga sekutu Israel terdekat di wilayah ini.
Jadi bisa dibilang, inilah momentum yang tepat bagi gerakan Islam untuk muncul. Banyak analasis yang percaya bahwa sekarang, jika gerakan Islam yang memegang alur, maka akan dapat menjadi kekuatan menstabilkan kawasan. Ini mungkin terdengar sedikit provokatif, tapi seorang pemimpin HAMAS di Damaskus dua tahun yang lalu mengatakan bahwa Barat harus memahami satu hal: jika mereka memerangi gerakan Islam moderat, seperti Hamas, akibatnya yang lahir sejenis Al-Qaidah. Atau sama buruknya; gerakan Syiah.
Laporkan iklan?
Bagaimana pun tidak mungkin Syiah dari Iran ini tidak bermain dalam gejolak Timur Tengah, dan itu yang membuat Hosni Mubarak (Mesir) pada awalnya ngotot membendung gejolak di negaranya, karena Mubarak sudah lama mengendus strategi Syiah. Syiah inilah yang akan jadi kekuatan mendestabilisasi situasi. Lihatah Suriah contohnya sekarang.

Baca artikel  selengkapnya di SYIAH INDONESIA tafhadol
Mubarak, berlepas ia begitu dibenci oleh masyarakat Mesir, memosisikan Iran sebagai negara Syiah imperialis yang mempunyai misi khusus terhadap kawasan Timur Tengah. Mubarak sendiri bermasalah besar dengan Ikhwan, gerakan Islam di negaranya, tapi ia juga tak menapikan kehadiran Syiah sebagai ancaman ideologi yang lain.
Mengapa demikian? Ini tentu tak lepas bahwa mayoritas Muslim di Mesir, Tunisia, dan negara-negara lainnya adalah Sunni, dan mereka sudah melabeli Syiah sebagai suatu gerakan sesat, dan sama sekali bukan bagian dari Islam, apalagi gerakan Islam.
Kehadiran Syiah dalam gejolak Timur Tengah menjadi semacam “stabilitas kuburan”. Krisis sosial dan ekonomi dalam masyarakat Timur Tengah sangat berbahaya: ada banyak ketegangan—dan disertai dengan perkembangan demografis dan rasa frustrasi dari generasi muda.
Jika tak sigap, maka gerakan Islam akan digerus Syiah, yang sekarang semakin banyak memikat kaum muda Arab, dan negara-negara lainnya. [sa/islampos/laaska]
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: